oleh Ananda Rochmah
Terselip kerinduan dalam hati ini saat aku mengenang masa itu.
saat dimana sholat tahajud, sholat dluha, puasa senin-kamis adalah
kebutuhan. Tilawah dan Al ma’tsurat adalah rutinitas pagi sore dibaca 3
kali terulang, tidak kurang. Rindu saat-saat sholat yang menyejukan,
yang kesejukanya masuk lewat umbun-umbun dan menyelip ke dalam hati.
Saat hati mempu merasakan kedekatan dengan Tuhan. Saat mentoring dan
kajian dirasakan sebagai kebutuhan bukan kewajiban apalagi paksaan,
karena disana tempatku menuntut ilmu, mencari motivasi diri hingga
membatuku menemuka jati diri. Terimakasih kepada sahabatku Viana yang
mengenalkanku pada Al Ma’tsurat, dan mengajakku untuk ikut mentoring.
Jika kau tau, saat itu aku ingin sekali ikut mentoring namun aku tak
punya kebernian untuk memulainya. Saat kau menyapa dan mengajakku
mentoring, aku sangat bahagia. Dan puji syukur kepada Alloh karena
disana aku menemukan kenikmatan dan sesuatu yang aku cari. Putih abu-abu
yang baru ku sadari. Tersesat seperti apapun, aku tak pernah
meninggalkan Tuhanku. Dan hatiku menuntunku. Dan itu adalah saat yang
paling membahagiakan dalam hidupku. Aku merasa diterima, saat salah aku
diingatkan dengan cara yang ahsan, saat tiba waktu ibadah aku dirangkul
untuk beribadah, saat kreatifitasku tersalurkan, erasah dan terolah. Dan
yang paling penting adalah saat Alloh dekat denganku. Aku masih ingat,
waktu itu sudah jam 3.30 pagi, ada sms masuk da misscall masuk untuk
membagunkanku untuk tahajud. Padahal waktu itu aku sudah bangun dan
telah usai sholat tahajud. Dan kita menikmati indahnya tahajud bersama.
Itulah kau kawan. Adakah yang lebih membahagiakan dari semua itu? hingga
aku pernah berpikir, akankah aku menemukan itu di kampus ku nanti?
Bisakah aku melanjtkan hidup dengan sebaik ini tanpa kalian dan tanpa
Tuhanku? Akankah aku benar-benar bisa bersinggungan dengan aktivitas
dakwah, berkontribusi dengan segala kemampuan yang aku punya?Saat
aku berada dikampus hijau, aku kembali memulai dari awal. Tidak ada
sahabatku yang kuliah disini. Tapi Tuhan begitu adil. Aku dikenalkan
dengan LDK dan KAMMI, aku berkenalan dengan murobiah pertama yang
mengesankan dan menginspirasi. Semua terjadi saat ruhiyah itu masih
sehat. Aku pun diberkahi saudara seperjuangan yang luar biasa.
Saudara-saudaraku di HUMAS LDK yang ku sayangi karena Alloh, mengukir
tinta emas bersama dalam sejarah keHUMASan diLDK. Namun hidup ini
seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah. Setahun setelahnya, aku
dipisahkan dari mereka. Mulailah kekecewaan demi kekecewaan begitu
terasa berarti. Semakin hari semakin memburuk. Dan ruhiyahku pun mulai
berubah. Mencoba untuk bertahan dan terus bertahan tapi Aku merasa ada
sesuatu yang salah. Ada sesuatu yang hilang dari diriku. Merasakan
kehilangan sesuatu tapi aku tak tau apakah itu, dan itu dangat
menyiksaku. Sedangkan amanah demi amanah semakin berat dipikul
dipundakku. Hari itu, aku mulai lelah dan ingin menyerah. Tapi aku masih
saja tidak tega melihat orang yang berharap aku berada diKAMMI. Saat
aku putuskan untuk melanjutkan dakwahku diKAMMI aku meminta satu hal,
yaitu ini adalah periode terakhirku diKAMMI. Mungkin jika periode ini
benar-benar berakhir, mungkin aku adalah orang yang paling bahagia. Aku
ingin mencari sesuatu yang hilang. Jika ia tak ku temukan disini, aku
akan mencarinya di tempat yang lain.
Saudaraku... sungguh aku iri kepada kalian yang yang memberikan diri, jiwa, akal dan harta untuk dakwah ini. Berpikir dan bersikap sesuai dakwah. Dulu akupun pernah seperti itu, karena kita berkembang dengan proses yang berbeda maka kinipun aku telah berbeda. Namun jauh dalam lubuk hatiku, aku tau dakwah ini adalah yang terbaik. Doakanlah Alloh masih akan memberkahiku dengan dakwah ini. Dan aku berharap kita semua masih akan terus diberkahi Alloh dengan dakwah ini, dengan persaudaraan (yang belakanngan ini ku anggap sebagai kebohongan) dan yang terpenting semoga kita masih diberkahi dengan RidloNYA. Saudaraku... Maafkan aku atas segala kealpaanku. Doakan agar aku dapat segera menemukan apa yang ingin ku cari dan kembali bersama kalian membangun dakwah ini.
Gemolong, 18 februari 2012
Sumber

Saudaraku... sungguh aku iri kepada kalian yang yang memberikan diri, jiwa, akal dan harta untuk dakwah ini. Berpikir dan bersikap sesuai dakwah. Dulu akupun pernah seperti itu, karena kita berkembang dengan proses yang berbeda maka kinipun aku telah berbeda. Namun jauh dalam lubuk hatiku, aku tau dakwah ini adalah yang terbaik. Doakanlah Alloh masih akan memberkahiku dengan dakwah ini. Dan aku berharap kita semua masih akan terus diberkahi Alloh dengan dakwah ini, dengan persaudaraan (yang belakanngan ini ku anggap sebagai kebohongan) dan yang terpenting semoga kita masih diberkahi dengan RidloNYA. Saudaraku... Maafkan aku atas segala kealpaanku. Doakan agar aku dapat segera menemukan apa yang ingin ku cari dan kembali bersama kalian membangun dakwah ini.
Gemolong, 18 februari 2012
Sumber
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !