News PKS PIYUNGAN :
Home » » Dilema Masa Skripsi

Dilema Masa Skripsi

Written By Unknown on Kamis, 11 April 2013 | 07.45.00

Kalo masa kuliah diibaratkan dengan sebuah kurva parabola terbuka ke bawah, maka titik pucaknya yang terdiri dari absis sumbu simetri dan ordinat maksimum adalah masa-masa tugas akhir yang rawan dan penuh godaan. Jika titik kulminasi ini berhasil dilewati dengan baik, maka grafik selanjutnya bakal turun dengan mulus membentuk kurva parabola yang sempurna. Itu analogi hidup dari menjadi mahasiswa tingkat akhir yang ngga akan bisa lari kejaran tugas akhir alias skripsi. Diburu waktu, dan pikiran setelah lulus nanti mau kerja dimana semakin melengkapi penderitaan karena pasca wisuda biasanya status demografi yang melekat adalah pengangguran paling intelek di kampung asal.
Belakangan banyak sahabat yang mengaku berada pada titik jenuh, pusing hingga tablet aspirin pun ngga sanggup meredakan, stagnate, dan putus asa karena terjebak pada pilihan judul TA-nya sendiri. Belum lagi pressure dari dosen yang luar bisaa intens. Tiap pengajuan ditolak dengan alasan kurang inilah, kurang itulah, secara teori benar tapi secara statistic pembuktian keliru, dsb. Atau ketika uda lolos sensor pertama, lalu gagal pada sensor dosen pembimbing II. Fiuh.., itu belum termasuk wira-wiri plus begadang sampai ubanan menunggu sang dosen pembimbing tercinta yang sering pura-pura lupa kalo sudah bikin janji. Apalagi kalo dosen sama sekali tidak kooperatif dengan mahasiswanya.
Saya jadi teringat pengalaman pribadi waktu mengerjakan skripsi dua tahun lalu. Saya memang nekat mengajukan judul penelitian tindakan kelas (PTK) yang masih menjadi kontroversi diantara para pendidik. Alasannya PTK hanya boleh dilakukan oleh seorang guru terhadap murid-muridnya, mahasiswa yang belum berpengalaman mengajar tidak berhak menggunakan metode ini. Saya membela diri karena saat itu saya juga sedang menjalani program guru magang di salah satu SMP, jadi saya punya murid sebagai subyek observasi.
Ujian kesabaran itu datang dari dosen pembimbing II yang memang terkenal angker, otoriter, paling ditakuti se-fakultas, bahkan se-kampus karena beliau ketua yayasan, dan yang paling mengerikan adalah beliau termasuk golongan yang kontra terhadap skripsi PTK. Itu belum seberapa, perlu saya beri tahu juga beliau adalah penganut mahzab klasik yang sering tidak bersedia menerima ide-ide pembaharuan dalam dunia pendidikan. Friksi itu pun terjadi, beliau menampik pendapat saya dan puncaknya skripsi saya sempat dilempar di atas meja dan saya digadang-gadang akan dianugerahi maksimal label C minus. Hiks, saya benar-benar membeku seketika itu, frozen. Tidak menyangka dan speechless.
Setelah kejadian itu saya dilanda frustasi. Kehilangan semangat. Kampus bagi saya ibarat ladang pembantaian, yang keluar dengan selamat akan berakhir di RS Jiwa Menur berkumpul bersama para caleg gagal. Benar-benar menakutkan.
Berminggu-minggu saya mengacuhkan skripsi dan penelitian saya hingga berlumut. Saya melarikan diri dengan kesibukan lain mengajar privat anak-anak SMA yang akan menghadapi UAN.
Di tengah kesibukan itu entah bisikan dari mana yang tiba-tiba secara ajaib menegur saya, “Well, sampai kapan mau terus begini ? hampir empat tahun kamu lewati, dan tinggal satu satuan lagi langkahmu tiba”. Magis. Kata-kata singkat itu membius saya dan menjadi pelecut semangat untuk kembali ke jalur penelitian. Waktu itu saya hanya berharap sang dosen terkena amnesia sebagian sehingga lupa telah melempar skripsi saya.
Untung dosen pembimbing I selalu memberikan support dan mengapresiasi apa yang saya kerjakan. Saya cukup termotivasi. Alhasil kekhawatiran tentang nilai C itu tidak terbukti dan poin 3 koma sudah cukup mengantar saya untuk lulus.
Saya yakin hampir semua mahasiswa tingkat akhir di luar sana mengalami dilemma yang sama dengan konfliknya masing-masing. Karena itulah saya berani mengeneralisasi ini sebagai suatu hal yang wajar. Tinggal bagaimana kita bisa menjaga niat, konsistensi, dan tujuan hingga batu ujian seberat apapun tidak akan membuat kita berhenti. Em, berhenti sebentar boleh sih tapi jangan lama-lama sampe karatan. Setelah mampu melewati semua itu, saya taruhan anda akan setuju dengan pendapat saya kalo skripsi adalah intisari kehidupan mahasiswa. So, goodluck and wish all the best !!!

bwaat semua mahasiswa tingkat akhir yang lagi dilanda frustasi. Keep on spirit !!

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Tamu Harap ninggalin jejak

 
Support : Creating Website | Harun Korniawan | Ha-Ka
powered by Blogger
Copyright © 2013. KaiZen Design - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template